Sabtu, 01 September 2012

MENITI KESEMPURNAAN IMAN BAB 5; TABARRUK


MENITI KESEMPURNAAN IMAN
Oleh: Ad-Da’i Ilallah Al-habib Mundzir bin Fuad Al-Musawa


BAB 5; TABARRUK
Pernyataan Abdullah Bin Baz bahwa Perbuatan Tabarruk (Mengambil Keberkahan dari Bekas atau Tubuh Shalihin) adalah Syirik:
Termasuk yang dapat merusak tauhid, meminta berkat (tabarruk) kepada seseorang atau mengusap-usap tubuhnya dan mengharapkan berkah daripadanya. Atau mencari berkat di pohon-pohon, batu-batu dan lain-lain. Bahkan Ka’bah sendiri tidak boleh mengusap-usapnya dengan tujuan mencari berkah. Umar bin Khattab Ra. ketika mencium Hajarul Aswad pernah berkata: “Sesungguhnya aku tahu, bahwa kamu adalah sebuah batu yang tidak dapat memberi manfa’at dan madharat. Kalau bukan karena aku pernah melihat Rasulullah Saw. menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.”

Tanggapan Al-Habib Mundzir Al-Musawa Mengenai Tabarruk:
“Tabarruk atau mengambil keberkahan dari bekas atau tubuh shalihin”. Banyak orang yang keliru memahami makna hakikat tabarruk dengan Nabi Muhammad Saw., peninggalan-peninggalannya, ahlulbaitnya dan para pewarisnya yakni para ulama, para kyai dan para wali. Karena hakekat yang belum mereka pahami, mereka berani menilai kafir (sesat) atau musyrik terhadap mereka yang bertabarruk pada Nabi Saw. atau ulama.
Mengenai ‘azimat (ruqyat) dengan huruf Arab merupakan suatu hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah Swt. Sebagaimana dijelaskan bahwa ‘azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada kitab Faidh al-Qadir juz 3 halaman 192, dan Tafsir Imam Qurthubi juz 10 halaman 316-317, dan masih banyak lagi penjelasan para muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat ayat al-Qur’an.
Mengenai benda-benda keramat, maka ini perlu penjelasan yang sejelas-jelasnya, bahwa benda-benda keramat itu tak bisa membawa manfaat atau mudharrat, namun mungkin saja digunakan tabarrukan (mengambil berkah) dari pemiliknya dahulu, misalnya ia seorang yang shalih, maka sebagaimana diriwayatkan:
·         Para sahabat seakan-akan hampir saling bunuh saat berdesakan berebutan air bekas wudhunya Rasulullah Saw. (Lihat dalam Shahih Bukhari hadits no. 186)
·         Allah Swt. menjelaskan bahwa ketika Ya’qub As. dalam keadaan buta, lalu dilemparkanlah ke wajahnya pakaian Yusuf As., maka ia pun melihat, sebagaimana Allah menceritakannya dalam firmanNya: “(Berkata Yusuf As. kepada kakak-kakaknya): “Pergilah kalian dengan bajuku ini, lalu lemparkan ke wajah ayahku, maka ia akan sembuh dari butanya.” (QS. Yusuf ayat 93), dan juga pada ayat: “Maka ketika datang padanya kabar gembira itu, dan dilemparkan pada wajahnya (pakaian Yusuf As.) maka ia (Ya’qub As.) sembuh dari kebutaanya.”  (QS. Yusuf ayat 96).
Ini merupakan dalil al-Qur’an, bahwa benda atau pakaian orang-orang shalih dapat menjadi perantara kesembuhan dengan izin Allah tentunya, kita bertanya mengapa Allah sebutkan ayat sedemikian jelasnya? Apa perlunya menyebutkan sorban yusuf dengan ucapannya: “Pergilah kalian dengan bajuku ini, lalu lemparkan ke wajah ayahku, maka ia akan sembuh dari butanya.”? Untuk apa disebutkan masalah baju yang dilemparkan ke wajah ayahnya? Yaitu agar kita memahami bahwa Allah Swt. memuliakan benda-benda yang pernah bersentuhan dengan tubuh hamba-hambaNya yang shalih. Kita akan lihat dalil-dalil lainnya:
·         Setelah Rasul Saw. wafat maka Asma’ binti Abu Bakar ash-Shiddiq Ra. menjadikan baju beliau Saw. sebagai pengobatan. Bila ada yang sakit maka ia mencelupkan baju Rasul Saw. itu di air lalu air itu diminumkan pada orang yang sakit. (Lihat dalam Shahih Muslim hadits no. 2069).
·         Rasul Saw. sendiri menjadikan air liur orang mukmin sebagai berkah untuk pengobatan, sebagaimana sabda beliau: “Dengan Nama Allah atas tanah bumi kami, demi air liur sebagian dari kami, sembuhkanlah yang sakit pada kami, dengan izin Tuhan kami.” (Shahih Bukhari hadits no. 5413). Ucapan beliau Saw.: “Demi air liur sebagian dari kami” menunjukkan bahwa air liur orang mukmin dapat menyembuhkan penyakit, dengan izin Allah Swt. tentunya, sebagaimana dokter pun dapat menyembuhkan, namun dengan izin Allah pula tentunya. Hadits ini menjelaskan bahwa Rasul Saw. bertabarruk dengan air liur mukminin bahkan tanah bumi, menunjukkan bahwa pada hakikatnya seluruh alam ini membawa keberkahan dari Allah Swt.
·         Seorang sahabat meminta Rasul Saw. shalat di rumahnya agar kemudian ia akan menjadikan bekas tempat shalat beliau Saw. itu mushalla di rumahnya, maka Rasul Saw. datang ke rumah orang itu dan bertanya: “Di mana tempat yang kau inginkan aku shalat?.” Demikian para sahabat bertabarruk dengan bekas tempat shalatnya Rasul Saw. hingga dijadikan musholla. (Shahih Bukhari hadits no. 1130).
·         Nabi Musa As. ketika akan wafat ia minta didekatkan ke wilayah suci di Palestina, menunjukkan bahwa nabi Musa As. Ingin dimakamkan dengan mengambil berkah pada tempat suci. (Lihat dalam Shahih Bukhari hadits no. 1274).
·         Allah memuji Nabi Saw. dan Umar bin Khattab Ra. yang menjadikan Maqam Ibrahim As. (bukan makamnya, tetapi tempat Ibrahim As. Berdiri dan berdoa di depan Ka’bah yang dinamakan Maqam Ibrahim As.) sebagai tempat shalat (mushalla), sebagaimana firmanNya: “Dan mereka menjadikan tempat berdoanya Ibrahim sebagai tempat shalat.” (QS. Al Imran ayat 97). Maka jelaslah bahwa Allah Swt. memuliakan tempat hamba-hambaNya berdoa, bahkan Rasul Saw. pun bertabarruk dengan tempat berdoanya Ibrahim As. dan Allah memuji perbuatan itu.
·         Diriwayatkan ketika Rasul Saw. baru saja mendapat hadiah selendang pakaian bagus dari seorang wanita tua, lalu datang pula orang lain yang segera memintanya selagi pakaian itu dipakai oleh Rasul Saw., maka riuhlah para sahabat lainnya menegur si peminta, maka sahabat itu berkata: “Aku memintanya karena mengharapkan keberkahannya ketika dipakai oleh Nabi Saw. dan kuinginkan untuk kafanku nanti.” (Lihat dalam Shahih Bukhari hadits no. 5689). Demikian cintanya para sahabat pada Nabinya Saw., sampai kain kafanpun mereka ingin yang bekas sentuhan tubuh Nabi Muhammad Saw.
·         Sayyidina Umar bin Khaththab Ra. ketika ia telah dihadapan sakaratul maut, yaitu sebuah serangan pedang yang merobek perutnya dengan luka yang sangat lebar, beliau tersungkur roboh dan mulai tersengal-sengal, beliau berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar R.a): "Pergilah pada Ummul Mukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin dimakamkan di sebelah Makam Rasul Saw. dan Abubakar Ra.” Maka ketika Ummul Mukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar Ra.: "Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu (dimakamkan di samping makam Rasul saw.).” (Lihat dalam Shahih Bukhari hadits no. 1328). Di hadapan Umar bin Khaththab ra Kuburan Nabi Saw. mempunyai arti yang sangat agung, hingga kuburannya pun ingin di sebelah kuburan Nabi Saw., bahkan ia berkata: "Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu.”
·         Demikian pula Abu Bakar ash-Shiddiq Ra., yang saat Rasul Saw. wafat maka ia membuka kain penutup wajah Nabi Saw. lalu memeluknya dengan derai tangis seraya menciumi tubuh beliau Saw. dan berkata: “Demi ayahku, dan engkau dan ibuku wahai Rasulullah.., tiada akan Allah jadikan dua kematian atasmu, maka kematian yang telah dituliskan Allah untukmu kini telah kau lewati.” (Lihat dalam Shahih Bukhari hadits no. 1184 dan 4187).
·         Salim bin Abdullah Ra. melakukan shalat sunnah di pinggir sebuah jalan, maka ketika ditanya ia berkata bahwa: “Ayahku shalat sunnah di tempat ini, dan ayahku berkata bahwa Rasulullah Saw. shalat di tempat ini, dan dikatakan bahwa Ibn Umar Ra. pun melakukannya.” (Shahih Bukhari hadits no. 469). Demikianlah keadaan para sahabat Rasul Saw., bagi mereka tempat-tempat yang pernah disentuh oleh tubuh Muhammad Saw. tetap mulia walau telah diinjak ribuan kaki, mereka mencari keberkahan dengan shalat pula di tempat itu, demikian pengagungan mereka terhadap sang Nabi Saw.
·         Dalam riwayat lainnnya dikatakan kepada Abu Muslim: “Wahai Abu Muslim, kulihat engkau selalu memaksakan shalat di tempat itu?”, maka Abu Muslim Ra. Berkata: ”Kulihat Rasul Saw. shalat di tempat ini.” (Shahih Bukhari hadits no. 480).
·         Sebagaimana riwayat Sa’ib Ra.: "Aku diajak oleh bibiku kepada Rasul Saw., seraya berkata: “Wahai Rasulullah, keponakanku sakit.” Maka Rasul Saw. mengusap kepalaku dan mendoakan keberkahan padaku, lalu beliau berwudhu, lalu aku meminum air dari bekas wudhu beliau, lalu aku berdiri di belakang beliau dan kulihat Tanda Kenabian beliau Saw." (Shahih Muslim hadits no. 2345).
·         Riwayat lain ketika dikatakan pada Ubaidah Ra. bahwa kami memiliki rambut Rasul Saw., maka ia berkata: “Kalau aku memiliki sehelai rambut beliau Saw., maka itu lebih berharga bagiku dari dunia dan segala isinya.” (Shahih Bukhari hadits no. 168). Demikianlah mulianya sehelai rambut Nabi Saw. di mata sahabat, lebih agung dari dunia dan segala isinya.
·         Diriwayatkan oleh Abi Jahiifah dari ayahnya bahwa: “Para sahabat berebutan air bekas wudhu Rasul Saw. dan mengusap-usapkannya ke wajah dan kedua tangan mereka, dan mereka yang tak mendapatkannya maka mereka mengusap dari basahan tubuh sahabat lainnya yang sudah terkena bekas air wudhu Rasul Saw. lalu mengusapkan ke wajah dan tangan mereka.” (Shahih Bukhari hadits no. 369 & 5521 dan  Shahih Muslim hadits no. 503 dengan riwayat yang banyak).
·         Diriwayatkan ketika Anas bin Malik Ra. Dalam detik-detik sakaratul maut ia yang memang telah menyimpan sebuah botol berisi keringat Rasul Saw. dan beberapa helai rambut Rasul Saw., maka ketika ia hampir wafat ia berwasiat agar botol itu disertakan bersamanya dalam kafan dan hanutnya. (Shahih Bukhari hadits no. 5925).
Tampaknya kalau mereka ini hidup di zaman sekarang, tentulah para sahabat ini sudah dikatakan musyrik, tentu Abu Bakar sudah dikatakan musyrik karena menangisi dan memeluk tubuh Rasul Saw. dan berbicara pada jenazah beliau Saw. Tentunya Umar bin Khaththab sudah dikatakan musyrik karena di sakaratul maut bukan ingat Allah malah ingat kuburan Nabi Saw. Tentunya para sahabat sudah dikatakan musyrik dan halal darahnya, karena mengkultuskan Nabi Muhammad Saw. dan menganggapnya Tuhan sembahan hingga berebutan air bekas wudhunya, mirip dengan kaum Nasrani yang berebutan air Pastor!
Nah, kita boleh menimbang diri kita, apakah kita sejalan dengan sahabat atau kita sejalan dengan generasi yang tertipu dengan pemahaman yang salah. Wahai saudaraku, jangan alergi dengan kalimat syirik, syirik itu adalah bagi orang yang berkeyakinan ada Tuhan lain selain Allah, atau ada yang lebih kuat dari Allah, atau meyakini ada Tuhan yang sama dengan Allah Swt. Inilah makna syirik. Sebagaimana sabda Nabi Saw.: “Keberkahan adalah pada orang-orang tua dan ulama kalian.” (Shahih Ibn Hibban hadits no. 559).
Dikatakan oleh seorang ulama al-Hafidz al-Imam Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthiy menanggapi hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim bahwa: “Rasul Saw. membaca mu’awwidzatain lalu meniupkannya ke kedua telapak tangannya, lalu mengusapkannya ke sekujur tubuh yang dapat disentuhnya, hal itu adalah tabarruk dengan nafas dan air liur yang telah dilewati bacaan al-Qur’an, sebagaimana tulisan dzikir-dzikir yang ditulis di bejana (untuk obat).” (al-Jami’ ash-Shaghir Imam as-Suyuthiy juz 1 halaman 84 hadits no.104).
Telah dibuktikan pula secara ilmiah oleh salah seorang Profesor Jepang (Dr. Masaru Emoto) bahwa air itu berubah wujud bentuknya dengan hanya diucapkan padanya kalimat-kalimat tertentu, bila ucapan itu berupa cinta, terimakasih dan ucapan-ucapan indah lainnya maka air itu berubah wujudnya menjadi semakin indah, bila diperdengarkan ucapan cacian dan buruk maka air itu berubah menjadi buruk wujud bentuknya, dan bila dituliskan padanya tulisan mulia dan indah seperti terimakasih, syair cinta dan tulisan indah lainnya maka ia menjadi semakin indah wujudnya, bila dituliskan padanya ucapan cacimaki dan ucapan buruk lainnya maka ia berubah buruk wujudnya.
Kesimpulannya bahwa air itu berubah dengan perubahan emosi orang yang di dekatnya, apakah berupa tulisan dan perkataan. Keajaiban alamiah yang baru diketahui masa kini, sedangkan Rasul Saw. dan para sahabat telah memahaminya, mereka bertabarruk dengan air yang menyentuh tubuh Rasul Saw., mereka bertabarruk dengan air doa yang didoakan oleh Rasul Saw., maka hanya mereka kaum muslimin yang rendah pemahamannya dalam syariah inilah yang masih terus menentangnya padahal telah dibuktikan secara ilmiah, menunjukkan pemahaman mereka itulah yang jumud dan terbelakang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar